Home

fluoresensi

Fluoresensi, atau fluoresensi, adalah emisi cahaya oleh suatu zat setelah menyerap radiasi elektromagnetik, biasanya UV atau biru. Elektron tereksitasi ke tingkat energi lebih tinggi, lalu kembali ke keadaan lebih rendah sambil memancarkan foton berwarna lebih panjang. Prosesnya cepat, dengan lifetimes nanodetik.

Mekanismenya dijelaskan lewat diagram Jablonski: eksitasi S0 ke S1, relaksasi sambil memancarkan fluoresensi; jalur nonradiatif melalui

Fluorofor adalah zat yang mampu fluoresensi: organik seperti fluorescein dan rhodamine, protein seperti GFP, hingga quantum

Aplikasi fluoresensi luas di ilmu hayati dan analitik. Digunakan dalam fluoresensi mikroskopi, mikroskopi konfokal, dan flow

Keterbatasan utama meliputi fotobleaching, autofluoresensi sampel, dan fototoksisitas. Pemilihan fluorofor yang tepat, eksitasi efisien, serta teknik

Perbandingan singkat dengan fosforelensi: fluoresensi melibatkan emisi dari keadaan tereksitasi singlet dengan emisi cepat; fosforelensi melibatkan

vibrasi;
bisa
terjadi
intersystem
crossing
ke
keadaan
triplet
yang
berujung
pada
phosphoresensi.
Lingkungan
sekitar
mempengaruhi
efisiensi
dan
panjang
gelombang
emisif.
dots.
Sifat
utama
meliputi
panjang
gelombang
emisif,
kuantum
yield,
dan
lifetime,
yang
dipengaruhi
pelarut,
pH,
suhu,
serta
interaksi
dengan
molekul
lain.
Fenomena
solvatochromism
menggambarkan
perubahan
emisif
akibat
pelarut.
cytometry
untuk
visualisasi
molekul
dan
sel,
serta
deteksi
sensor
kimia
dan
diagnostik.
pemrosesan
gambar
diperlukan
untuk
memaksimalkan
sinyal
sambil
meminimalkan
gangguan.
keadaan
triplet
dan
emisi
yang
lebih
lambat.
Kedua
fenomena
sering
dimanfaatkan
untuk
analisis
cahaya
pada
berbagai
aplikasi
ilmiah.